SELAMAT DATANG DI BLOG RESMI MA SUBHANAH
Custom Search

Jumat, 07 November 2008

Faktor Penyebab Timbulnya Pemikiran Kalam


PENDAHULUAN

Ilmu Kalam sebagai ilmu yang berdiri sendiri belum dikenal pada masa Nabi Muhammad SAW, maupun pada masa sahabat-sahabatnya. Akan tetapi baru dikenal pada masa berikutnya, setelah ilmu-ilmu ke-Islaman yang lain satu-persatu muncul dan setelah orang-orang banyak yang membicarakan tentang alam gaib.
Kita tidak akan memahami persoalan-persoalan ilmu kalam dengan baik tanpa mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi timbul dan berkembangnya aliran kalam.
Dalam uraian makalah singkat ini, penulis akan mencoba memaparkan sejarah timbulnya aliran kalam dalam Islam. Pada uraian makalah ini, pembahasannya akan penulis batasi dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi timbulnya aliran kalam dalam Islam?
2. Bagaimana faktor-faktor tersebut dalam mempengaruhi timbulnya aliran kalam dalam Islam?
3. Aliran kalam mana saja yang kemunculannya dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut?
Untuk lebih jelasnya, marilah kita bahas satu persatu rumusan masalah di atas. Dari penulis mengucapkan selamat membaca, semoga bermanfaat. Amin.

PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Aliran Kalam (Teologi) Dalam Islam
Menurut Harun Nasution, persoalan yang pertama kali timbul dalam Islam adalah persoalandalam bidang politik, bukannya dalam persoalan teologi. Akan tetapi persoalan politik ini segera meluas menjadi persoalan teologi, sehingga muncul berbagai aliran teologi.
Selain faktor politik di atas, menurut Amat Zuhri, ada faktor lain yang menyebabkan timbulnya aliran-aliran teologi dalam Islam, yaitu ayat-ayat al-Qur’an sendiri. Ayat-ayat al-Qur’an sangat memungkinkan untuk menimbulkan perbedaan pendapat ketika ditafsirkan oleh orang yang memiliki latar belakang sosial dan budaya yang berbeda yang pada akhirnya dapat melahirkan berbagai aliran teologi.
Sebenarnya tidak hanya dua faktor di atas yang mempengaruhi timbulnya aliran teologi dalam Islam. Menurut Ahmad Hanafi, ada banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya aliran teologi dalam Islam. Secara garis besar, Hanafi mengelompokkan faktor-faktor tersebut ke dalam dua macam, yaitu faktor internal yang datangnya dari Islam dan kaum muslim itu sendiri dan faktor eksternal yang datangya dari luar Islam dan kaum muslim itu sendiri.
1. Faktor internal
a. Penafsiran ayat-ayat al-Qur’an yang mudah menimbulkan pertentangan.
b. Kehidupan umat Islam yang semakin makmur.
c. Persoalan-persoalan politik umat Islam.
2. Faktor eksternal
a. Adanya mualaf yang semula beragama Yahudi, Masehi dan sebagainya.
b. Keinginan umat Islam untuk membantah alasan-alasan mereka yang memusuhi Islam.
c. Timbulnya minat umat Islam untuk mempelajari filsafat.
B. Munculnya Aliran Kalam (Teologi) dan Faktor yang mempengaruhinya.
Pada mulanya agama itu hanyalah merupakan kepercayaan-kepercayaan yang kuat dan sederhana, tidak perlu diperselisihkan dan tidak memerlukan penyelidikan. Penganut-penganutnya menerima bulat-bulat apa yang diajarkan agama, kemudian dianutnya dengan sepenuh hatinya tanpa memerlukan penyelidikan dan pemilsafatan.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan untuk semua lapisan masyarakat. Al-Qur’an dalam ajakannya memanggil jiwa untuk beriman. Namun al-Qur’an tidak menyusun dalil-dalilnya secara logika. Al-Qur’an juga tidak menggunakan istilah-istilah filsafat dan tidak pula menguraikan problempemikiran secara panjang lebar. Kalau ilmu pengetahuan dan logika semata-mata yang digunakan al-Qur’an, tentu hanya sedikit golongan yang akan menerima ajaran Islam.
Di dalam al-Qur’an sendiri ada ayat-ayat yang kelihatannya janggal (mutasyabihat). Adanya ayat-ayat mutasyabihat ini disinyalir dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 7:
Artinya: “Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat [183], Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat [184].”
Di antara ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat al-Qur’an yang mengisyaratkan antropomorfisme berkaitan dengan zat dan sifat-sifat Tuhan. Dengan adanya ayat-ayat antropomorfisme ini ada sekelompok umat Islam yang berpegang teguh dengan makna harfiyahnya dan ada kelompok umat Islam yang mentakwilkan ayat-ayat tersebut. Hal ini akhirnya melahirkan dua aliran teologi Islam yang berbeda-beda.
Di dalam al-Qur’an juga terdapat ayat-ayat yang kelihatannya bertentangan. Ada ayat-ayat yang berisi jabar di samping ayat-ayat yang berisi ikhtiar. Ada ayat-ayat yang mengatakan bahwa Tuhan memiliki tangan,mata dan sebagainya di samping ada ayat-ayat yang menetapkan kesucian Tuhan dari perumpamaan segala mahluk.
Dengan adanya perbedaan tingkat pemikiran umat Islam dan adanya ayat-ayat al-Qur’an yang kelihatannya saling bertentangan tersebut, juga lahirlah perbedaan penafsiran yang pada gilirannya melahirkan berbagai aliran teologi dalam Islam.
Di antara aliran-aliran teologi dalam Islam yang timbul karena perbedaan penafsiran atas dasar ajaran Islam adalah Qodariyah, Jabariyah, Mu’tazilah dan Ahlu al-Sunah wa al-Jama’ah.
Islam, selain sistem agama, juga sekaligus merupakan sistem politik dan nabi Muhammad disamping seorang rasul telah pula menjadi seorang ahli negara. Ketika Rosululloh meninggal dunia, beliau tidak mengangkat seorang pengganti dalam bidang pemerintahan, tidak pula menentukan cara pemilihan penggantinya. Karena itu terjadilah perselisihan antara sahabat muhajirin dan ansor, masing-masing menghendaki agar yang menggantikan nabi sebagai kepala negara berasal dari pihaknya.
Peristiwa terbunuhnya Usman menjadi titik yang jelas dari permulaan berlarut-larutnya perselisihan bahkan peperangan di antara kaum muslimin. Peperangan yang paling menentukan adalah di Shiffin. Pertempuran ini berlangsung beberapa hari lamanya. Pasukan Ali bin Abi Thalib melawan pasukan yang dipimpin oleh Muawiyah hampir mengalamai kemenangan. Dengan tipu muslihatnya, Muawiyah memerintahkan Amr bin ‘Ash untuk mengadakan tahkim (arbitrase). Masing-masing golongan mengutus seseorang untuk menjadi juru damai (hakam) untuk melakukan perundingan.
Hasil perundingan adalah pemberhentian dari jabatan masing-masing. Abu Musa dari pihak Ali bin Abi Thalib tampil lebih awal dan mengumumkan bahwa Ali bin Abi Thalib berhenti dari jabatan khalifah. Pihak kedua diwakili oleh Amr bin ‘Ash menyatakan mengundurkan Muawiyah dari jabatan gubernur dan sekaligus mengangkatnya menjadi khalifah pengganti Ali bin Abi Thalib.
Dari peristiwa ini, pasukan Ali pecah menjadi dua golongan. Sebagian menolak hasil keputusan ini dan menyatakan kekecewaannya serta menganggap kafir bagi yang menerima keputusan tahkim tersebut. Golongan ini dinamakan khowarij.
Semua pihak yang menerima keputusan tahkim adalah kafir, termasuk Ali bin Abi Thalib, Muawiyah, Abu Musa al-Asy’ari dan Amr bin ‘Ash. Mereka semua halal untuk dibunuh. Landasan mereka adalah Qur’an surat al-Maidah ayat 44:
Artinya: “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”
Karena adanya perlawanan yang keras dari pihak khowarij, pendukung-pendukung Ali yang masih setia semakin bertambah keras dalam mebelanya. Dalam Islam, kelompok ini dinamakan syi’ah.
Meskipun memiliki persamaan dalam menentang dinasti Umayyah, khowarij dan syi’ah memiliki motif yang berbeda. Khowarij memandang dinasti Umayyah sebagai sekelompok orang yang telah menyeleweng dari Islam. Sedangkan syi’ah menganggap mereka telah merebut kekuasaan dari tangan Ali bin Abi Thalib.
Di tengah-tengah perselisihan dua golongan tersebut, ada kelompok lain yang menahan diri untuk terlibat dalam masalah politik (imamah). Dan menangguhkan apa yang telah terjadi, kelompok ini disebut murji’ah. Dasar mereka adalah Qur’an surat al-A’rof ayat 111:
Artinya: “pemuka-pemuka itu menjawab: "Beri tangguhlah Dia dan saudaranya serta kirimlah ke kota-kota beberapa orang yang akan mengumpulkan (ahli-ahli sihir)”.
Jadi aliran teologi dalam Islam yang timbul karena faktor politik adalah khowarij, syi’ah dan murji’ah.
Golongan Islam yang lebih dulu, terutama golongan mu’tazilah, memusatkan perhatiannya untuk penyiaran Islam dan membantah alasan-alasan mereka yang memusuhi Islam. Mereka tidak bisa menghadapi lawan-lawannya, kalau mereka sendiri tidak mengetahui pendapat-pendapat lawan beserta dalil-dalilnya. Dengan demikian mereka harus menyelami pendapat-pendapat mereka, akhirnya negeri Islam menjadi arena perdebatan pendapat dari berbagai golongan dan agama yang bisa mempengaruhi satu sama lain.
Sebagai kelanjutannya, para mutakallimin hendak hendak mengimbangi lawannya yang menggunakan filsafat, maka mereka terpaksa mempelajari logika dan filsafat, terutama segi ketuhanan. Karena itu Annazzam dan Abul Huzail al-Allaf (tokoh mu’tazilah) membaca buku-buku Aristoteles dan membantah pendapat-pendapatnya.

PENUTUP

A. Simpulan
Ada banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya aliran kalam dalam Islam. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu internal (dari dalam Islam dan umat Islam sendiri) dan faktor eksternal.
1. Faktor internal
a. Penafsiran ayat-ayat al-Qur’an yang mudah menimbulkan pertentangan.
b. Kehidupan umat Islam yang semakin makmur.
c. Persoalan-persoalan politik umat Islam.
2. Faktor eksternal
a. Adanya mualaf yang semula beragama Yahudi, Masehi dan sebagainya.
b. Keinginan umat Islam untuk membantah alasan-alasan mereka yang memusuhi Islam.
c. Timbulnya minat umat Islam untuk mempelajari filsafat.
Ayat-ayat al-qur’an yang bersifat antropomorfisme ikut andil menyebabkan perdebatan di kalangan umat Islam, sehingga timbul golongan-golongan teologi dalam Islam. Di antaranya adalah Jabariyah, Qodariyah, dan Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah.
Selain itu, perebutan jabatan kholifah antara pembesar Islam juga menjadi pemicu utama timbulnya aliran-aliran teologi dalam Islam. Puncaknya adalah peristiwa tahkim yang membuat umat Islam pada saat itu terpecah menjadi tiga golongan, yaitu Syi’ah, Khowarij, dan Murji’ah.
Islam mengalami masa kejayaan, daerah jajahannya sangat luas dan kehidupan rakyatnya menjadi sejahtera. Hal ini memicu umatIslam untuk memikirkan sesuatu yang baru, yakni seputar agamanya. Selain itu, Islam juga mulai bersinggungan dengan barat. Untuk mengimbangi lawan mereka yang menggunakan logika dan filsafat, maka penyiaran Islam juga mengikuti model mereka, yaitu menggunakan logika dan filsafat untuk membantah pendapat-pendapat serta alasan-alasan mereka yang memusuhi Islam. Maka tergeraklah golongan mu’tazilah untuk mempelajari filsafat, seperti Annazzam yang membaca buku-buku Aristoteles dan membantah pendapat-pendapatnya.

B. Daftar Pustaka
Hanafi, Ahmad Teologi Islam (Ilmu Kalam., Jakarta: Bulan Bintang. 1991.

Nasution, Harun Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta: UI Press. 1986.

Zuhri, Amat Warna-warni Teologi Islam (Ilmu Kalam). Pekalongan: STAIN Press. 2008.

Tidak ada komentar: