SELAMAT DATANG DI BLOG RESMI MA SUBHANAH
Custom Search

Jumat, 07 November 2008

Cuplikan Skripsi mas Yus, Bab 2 ampe rampung

Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti benar dalam suatu hal. Adapun pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengeri benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya

A. Pemahaman Akhlak
1. Pengertian
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti benar dalam suatu hal. Adapun pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengeri benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memaami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni pembuatan itu selalu diulang – ulang dengan kecenderungan hati (sadar). Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk. Di dalam The Encyclopaedia of Islam yang dikutip oleh Asmaran dirumuskan: It is the science of virtues and the way how to acquire then, of vices and the way how to quard against then, bahwa ilmu akhlak adalah ilmu tentang kebaikan dan cara mengikutinya, tentang kejahatan dan cara untuk menghindarinya. Dengan demikian hendaknya di sekolah sebagai guru mampu mengantarkan anak untuk memahami ilmu akhlak dengan harapan agar anak mampu memahami tentang akhlak yang sebenarnya.
Menurut Islam pendidikan akhlak adal;ah faktor penting dalam membina suatu umat membangun suatu bangsa. Kita bisa melihat bahwa bangsa Indonesia yang mengalami multi krisis juga disebabkan kurangnya pemahaman akhlak. Secara umum pembinaan pemahaman akhlak remaja atau pada dataran SLPTP sangat memprihatinkan. Oleh karena itu program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha dalam pembinaan pemahaman pendidikan akhlak. Dalam penelitian ini terfokus pada materi pelajaran kelas 1 MTs N yang terdiri sebagai berikut :
a. Sifat – sifat Allah
b. Sifat – sifat wajib Allah
c. Sifat – sifat mustahil Allah
d. Akhlak tercela riya, kufur, syirik, nifaq
e. Perilaku kehidupan
f. Iman kepada kitab – kitab Allah
g. Kitab – kitab Allah
h. Kitab Al-Qur’an
i. Fungsi Al-Qur’an
j. Perilaku sahabat
Namun perlu diketahui bahwa dalam penelitian ini hanya berkaitan pemahaman akhlaknya, sehingga penulis memilah – milah yang berkaitan materi pelajaran akhlak saja yakni :
a. Akhlak tercela, riya, kufur, syirik, nifaq
b. Perilaku kehidupan rasul
c. Perilaku sahabat
Allah SWT menjunjung tinggi terhadap akhlak karena akhlak adalah alat yang dapat membahagiakan kita dalam kehidupan dunia dan akherat. Maka hendaknya pihak – pihak yang berkaitan mampu memberikan pemahaman akhlak tehadap anak didiknya. Karena dengan akhlak manusia akan berjalan sesuai dengan aturan yang sudah ada, yakni dalam ajaran agama Islam.
2. Faktor yang mempengaruhi akhlak
Setiap orang ingin agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat, dan sikap mental yang kuat dan akhlak yang terpuji. Semua itu dapat diusahakan dengan melalui pendidikan, untuk itu perlu dicari jalan yang dapat membawa kepada terjaminnya akhlak perilaku ihsan sehingga ia mampu dan mau berakhlak sesuai dengan niali – nilai moral. Nilai – nilai moral akan dapat dipatuhi oleh seorang dengan kesadaran tanpa adanya paksaan kalau hal itu datng dari dirinya sendiri. Dengan demikian pendidikan agama harus diberikan secara terus menerus baik faktor keluarga, faktor kepribadian, pendidikan formal, pendidikan nonformal atau lingkungan masyarakat.
a. Faktor keluarga
Dalam pembinaan akhlak anak, faktor orang tua sangat menentukan, karena akan masuk ke dalam pribadi anak bersamaan dengan unsur – unsur pribadi yang didapatnya melalui pengalaman sejak kecil. Pendidikan keluarga sebagai orang tua mempunyai tanggungjawab dalam mendidik anak – anaknya karena dalam keluarga mempunyai waktu banyak untuk membimbing, mengarahkan anak – anaknya agar mempunyai perilaku islami.
Kebahagiaan orang tua atas hadirnya seorang anak yang dikaruniakan kepadanya, akan semakin terasa karena tumbuhnya harapan bahwa garis keturunannya akan berlangsung terus. Satu hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dari para orang tua muslim ialah tentang kesalehan anak – anak mereka. Ada beberapa hal yang perlu direalisasikan oleh orang tua yakni aspek pendidikan akhlak karimah. Pendidikan akhlak sangat penting dalam keluarga, karena dengan jalan membiasakan dan melatih pada hal – hal yang baik, menghormati kepada orang tua, bertingkah laku sopan yang baik dalam berperilaku keseharian maupun dalam bertutur kata. Pendidikan akhlak tidak hanya secara teoritik namun disertai contohnya untuk dihayati maknanya, seperti kesusahan ibu yang mengandungnya, kemudian dihayati apa yang ada dibalik yang nampak tersebut, kemudian direfleksikan dalam kehidupan kejiwaannya.
Menerima pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung, disamping itu keluarga merupakan unit kehidupan bersama manusia terkecil dan alamiah, artinya secara alamiah dialami setiap kehidupan manusia, karenanya keluarga merupakan jembatan meniti bagi generasi, oleh karena itu orang tua berperan penting sebagai pendidik, yakni memikul pertanggungjawabn terhadap pendidikan anak. Karena pendidika itulah yang akan membentuk manusia di masa depan. Tepat sekali apa yang dikatakan oleh kingsley Price : Man is the only creature that must be educated by education. We mean care, discipline (training) and instruction, including culture. Man can become man through education only. He is only what education makes him.
Keluarga merupakan wadah pertama dan utama, peletak dasar perkembangan anak. Dari keluarga pertama kali anak mengenal agama dari kedua orang tua, bahkan pendidikan anak sesungguhnya telah dimulai sejak persiapan pembentukan keluarga. Setelah mendapatkan pendidikan akhlak dalam keluarga secara tidak langsung nantinya akan berkembang di lingkungan masyarakat.
Oleh karena itu maka kebiasaan – kebiasaan dalam keluarga harus dalam pengawasan, karena akan sangat berpengaruh pada diri anak, kebiasaan yang buruk dari keluarga terutama dari kedua orang tua akan cepat ditiru oleh anak – anaknya, menjadi kebiasaan anak yang buruk. Dengan demikian juga kebiasaan yang baik akan menjadi kebiasaan anak yang baik. Peran orang tua dan anggota keluarga sangat penting bagi pendidikan akhlak dan selektivitas bergaul.
b. Faktor kepribadian (dari orang itu sendiri)
Dengan menggunakan kaidah fikih mengemukakan bahwa diri sendiri termasuk orang yang dibebani tanggungjawab pendidikan menurut Islam, apabila manusia telah mencapai tingkat mukallaf maka ia menjadi bertanggung jawab sendiri terhadap mempelajari dan mengamalkan ajaran agama Islam. Kalau ditarik dalam istilah pendidikan Islam orang mukallaf adalah orang yang sudah dewasa sehingga sudah semestinya ia bertanggungjawab terhadap apa yang harus dikerjakan dan apa yang harus ditinggalkan. Hal ini sangat erat kaitannya dengan keluarga atau semua anggota keluarga yang mendidik pertama kali. Perkembangan agama pada seseorang sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa – masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0-12 tahun. Kemampuan seseorang dalam memahami masalah – masalah agama atau ajaran- ajaran agama, hal ini sangat dipengaruhi oleh intelejensi pada orang itu sendiri. Orang pandai akan mudah memahami ajaran – ajaran Islam.
Menurut penulis, usia SMP adalah masa transisi antara masa kanak – kanak dengan dewasa. Pada masa ini, kesadaran akan emosi menjadi penting karena tak jarang banyak remaja yang mengalami kesulitan menghadapi gejolak emosinya. Pada suatu saat ia menjadi orang yang terlalu gembira, tapi pada saat lain menjadi begitu murung dan sedih. Oleh karena itu keadaan psikologis yang semacam itu akan menyebabkan mereka sulit mengontrol dirinya sehingga tingkah lakunya (akhlaknya) juga tidak terkendali. Hal ini bisa di hindari jika remaja belajar untuk memahami emosinya.
c. Faktor Lingkungan (Masyarakat)
Lembaga non formal akan membawa seseorang berperilaku yang lebih baik karena di dalamnya akan memberikan pengarahan – pengarahan terhadap norma – norma yang baik dan buruk. Misalnya pengajian, ceramah yang barang tentu akan memberikan pengarahan yang baik, tak ada seorang mubaligh yang mengajak hadirin untuk melakukan perbuatan yang tidak baik.
Dengan demikian pendidikan yang bersifat non formal yang terfokus pada agama ternyata akan mempengaruhi pembentukan akhlak pada diri seseorang. Maka tepat sekali dikatakan bahwa nilai – nilai dan kebiasaan masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai – nilai dan kebiasaan masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai – nilai Islam apalagi yang membawa maslahat dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam menentukan kebijaksanaan.
Kehidupan manusia tidak lepas dari nilai itu selanjutnya perlu diinstitusikan. Institusi nilai yang terbaik adalah melalui upaya interaksi edukatif, pandangan Freeman Butt dalam bukunya Cultural History of Western Education, menyatakan bahwa hakekat interaksi edukatif adalah proses tranformasi dan internalisasi nilai, proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai, serta penyesuaian terhadap nilai. Akhlak yang baik dapat pula diperoleh dengan memperhatikan orang – orang baik dan bergaul dengan mereka, secara alamiah manusia itu meniru, tabiat seseorang tanpa dasar bisa mendapat kebaikan dan keburukan dari tabiat orang lain. Interaksi edukatif antara individu dengan individu lainnya yang berdasarkan nilai-nilai Islami agar dalam masyarakat itu tercipta masyarakat yang berakhlakul karimah.
Lingkungan masyarakat yakni lingkungan yang selalu mengadakan hubungan dengan cara bersama orang lain. Oleh karena itu lingkungan masyarakat juga dapat membentuk akhlak seseorang, di dalamnya orang akan menatap beberapa permasalahan yang dapat mempengaruhi bagi perkembangan baik dalam hal – hal yang positif maupun negative dalam membentuk akhlak pada diri seseorang. Oleh karena itu lingkungan yang berdampak negative tersebut harus diatur, supaya interaksi edukatif dapat berlangsung dengan sebaik – baiknya. Bentuk – bentuk organisasi lain di dalam masyarakat merupakan persekutuan hidup yang memanifestasikan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari – hari.
Dari penjelasan di atas di jelaskan bahwa manusia hidup membutuhkan orang lain. Maksudnya bahwa tak seorangpun manusia yang bisa hidup sendiri. Jika dikaitkan lingkungan sekolah, hal ini sama bahwa mereka dalam hidup saling membutuhkan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Misalkan ketika ia melihat temannya yang rajin melakukan kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah maka secara tidak langsung dia akan terpengaruh juga dengan kegiatan temannya. Jadi lingkungan sangat memberikan pengaruh yang besar bagi pertumbuhan pola pikir dan akhlak seseorang khususnya siswa – siswi MTs Negeri Subah.
Ada tiga macam pengaruh lingkungan pendidikan terhadap keberagamaan seseorang.
1) Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama. Lingkungan semacam ini ada kalanya berkeberatan terhadap pendidikan agama, dan ada kalanya pula agar sedikit tahu tentang hal itu.
2) Lingkungan yang berpegang pada tradisi agama, tetapi tanpa keinsafan batin ; biasanya lingkungan demikian menghasilkan seseorang beragama yang secara tradisional tanpa kritik atau beragama secara kebetulan.
3) Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam kehidupan yag beragama
Lingkungan ini memberikan motivasi atau dorongan yang kuat kepada seseorang untuk memeluk dan mengikuti pendidikan agama yang ada, apabila lingkungan ini ditunjang oleh anggota – anggota masyarakat yang baik dan kesepakatan memadai, maka kemungkinan besar hasilnya pun paling baik untuk mewujudkan akhlak pada diri orang yang ada disekitarnya.
Masyarakat di sini juga ikut mempengaruhi akhlak atau perilaku seseorang yang ada disekitarnya yang dalam kehidupan sehari – harinya ia tak mungkin lepas dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal. Lingkungan pergaulan merupakan alat pendidikan, meskipun keadaan maupun peristiwa apapun yang terjadi tidak bisa dirancang, sehingga keadaan tersebut mempunyai pengaruh terhadap pembentukan kepribadian seorang baik berdampak baik maupun akan berdampak jelek. Lingkungan pergaulan yang baik akan mendukung pula perkembangan pribadi seseorang yang disekitarnya. Namun pergaulan yang jelekpun sangat mendukung kepribadian yang buruk, bahkan bisa merusak akidah – akidah yang telah tertanam pada diri sejak kecil, jika ia tidak pandai mengawasi dan menyaring (memfilter) dari segala pergaulan yang terjadi di masyarakat. Dalam kegiatan masyarakat cenderung bersifat pengajaran orang dewasa, di lingkungan agama Islam bentuk jalur ini yang kegiatannya diprogramkan dalam instansi – instansi sekolah. Dasar – dasar pengembangan intelektual dalam Islam harus bersumber dari Al – Qur’an dan Hadist.
Jadi disini kita atau orang dewasa harus berhati – hati terhadap berbagai macam faktor yang bisa mempengaruhi akhlak yang tidak baik. Apabila nilai – nilai agama banyak masuk ke dalam pembentukan kepribadian seseorang, maka tingkah laku oang tersebut akan banyak diarahkan dan dikendalikan oleh nilai – nilai agama. Oleh karena itu sebagai orang dewasa hendaknya melakukan pengawasan yang ketat dalam hal berkaitan dengan perilaku dalam lingkungan masyarakat, karena sekarang banyak remaja sudah sangat sulit untuk membiarkan dalam hal bergaul bebas tanpa disertai dengan pengawasan orang tua akan mengakibatkan celaka di kemudian hari yang tak bisa ditebus dengan apapun.
d. Faktor visual dan audio visual
Tidak hanya pengaruh lingkungan tapi masih banyak lagi misalnya TV, majalah dan tayangan – tayangan lain yang bisa memberikan banyak pengaruh pada kepribadian anak dan tingkah laku anak. Misalkan kita melihat tayangan – tayangan barat atau film – film porno maka kalau anak – anak didik kita tidak dibekali dengan ilmu agama maka ia akan terjerumus ke dalamnya. Belum lagi sekarang marak dengan majalah – majalah yang menyajikan tentang beragama busana yang jorok yang sangat tidak pantas dipakai oleh budaya kita, tetapi anak seusia MTs itu adalah masa dimana keinginan untuk mencoba sangat tinggi. Oleh karena itu kita harus berhati – hati memberikan pengarahan kepada anak – anak kita agar mereka selalu memegang ajaran agama.
Disinilah pentingnya peranan penanaman akhlak yang telah ditanamkan oleh kedua orang tuanya, yang berguna sebagai filter perkembangan yang telah terjadi pada zaman yang penuh globalisasi ini. Disinilah peranan pengamalan ibadah yang dilaksanakan oleh orang dewasa sebagai contoh terhadap orang – orang yang ada di sekitar mereka, agar di lingkungan tersebut dalam pergaulannya mencerminkan akhlakul karimah.
3. Ciri – Ciri Kepribadian Muslim
Sekiranya sebagian kita ditakdirkan dapat melihat melalui sebuah jendela kea lam manusia pada setiap zaman dan tempat sesungguhnya, kita akan melihat suatu khalayak yang heterogen, pandangan hidup yang berbeda – beda da kelompok – kelompok yang berbeda status sosialnya. Kita akan melihat umat manusia, kadang – kadang jalan itu buntu dan kadang – kadang jalan itu banyak simpang siurnya. Disaat inilah manusia butuh teman untuk berbagi dalam memecahkan masalah yang dia hadapi. Oleh karena itu selektif dalam memilih teman adalah salah satu kunci untuk selamat dunia dan akherat. Hanya orang – orang yang paham akan ajara agama (Islam) yang bisa selektif dalam bergaul. Karena pada dasarnya Islam mempunyai misi universal dan abadi, intinya adalah mengadakan bimbingan bagi kehidupan mental dan jiwa manusia atau akhlak. Bangsa Indonesia yang mengalami multi krisis juga disebabkan kurangnya pendidikan pendidika akhlak. Secara umum pembinaan akhlak mahasiswa perguruan tinggi juga sangat memprihatinkan. Hal ini setidaknya bisa dibuktikan dengan banyaknya penyelewengan (korupsi) yang mencapai 30% dari dana pembangunan yang dilakukan oleh orang – orang besar yang notabene adalah para sarjana. Oleh karena itu program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha adalah pembinaan atau pendidikan akhlak.
Allah SWT menetapkan akhlak adalah alat yang dapat membahagiakan kita dalam kehidupan dunia dan akherat. Karena dengan akhlak manusia akan berjalan di atas rel sesuai dengan aturan yang sudah ada, yakni dalam ajaran agama Islam.
Kepribadian muslim masa kini tergambar olehnya merupakan warisan yang diterimanya dari orang tua dan nenek moyang selama beberapa abad. Ia merupakan warisan yang besar, yang dalam pembentukkannya telah ikut serta ide yang berbeda – beda, yang sebagainya tidak menghendaki kebaikan bagi Islam dan umatnya. Tambahan lagi bahwa perlawanan pada masa sekarang ditujukan untuk menguasai pemikiran manusia serta mempengaruhi akidahnya serta akhlaknya. Bila persolannya demikian, sedang kepribadian Ummat Islam masa sekarang tidak mengambarkan kepribadian muslim yang sesungguhnya- kecuali orang yang mendapatkan rahmat Allah. Maka wajiblah kita memulai kembali pembentukkan kepribadian muslim yang jelas ciri – cirinya dan sifat-sifatnya, serta kepribadian dan akhlak-akhlak yang tampak pada rasul-rasul, nabi-nabi, pada para sahabat yang mulai dan imam-imam yang terkemuka.
Dari paparan diatas maka kita ketahui bahwa akhlakul karimah itu merupakan suatu tingkah laku seseorang baik secara individu maupun suatu kelompok dalam berbuat atau bertingkah laku dalam kehidupan sehari – harinya sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam. Dengan demikian berarti akhlakul karimah harus berdasarkan akidah Islam, karena akhlakul karimah berhubungan dengan keimanan dan hukum. Karena akhlak menentukan hukum atau nilai perbuatan manusia dengan keputusan baik atau buruk, perbedaan terletak pada tolak ukurnya ajaran al-Quran dan Sunnah, etika dengan pertimbangan akal pikiran dan moral dengan adapt kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat. Karena perilaku ihsan berhubungan dengan keimanan dan hukum maka akidahlah yang merupakan standar penilaian. Apapun yang bertentangan dengan kaidah Islam tidak diambil atau tidak diyakini. Oleh karena itu apabila perilaku yang sekiranya bertentangan dengan akidah maka harus ditinggalkannya.
Akhlak mulia bukanlah sekedar taktik yng bersifat sementara, melainkan suatu sikap yang terus menerus. Akhlak merupakan kekuatan jiwa dari dalam, yang mendorong manusia untuk melakukan yang baik dan mencegah perbuatan yang buruk. Allah mendorong manusia untuk memperbaiki akhlaknya bila terlanjur salah, sesuai firman Allah SWT.
             
“Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, Kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An-Nisa:110).
Pemahaman akhlak sesuai dengan ayat tersebut yang menjelaskan bahwa perbuatan akhlak mempunyai tujuan langsung yang dekat, yaitu harga diri, dan tujuan jauh yakni ridla Allah melalui amal sholeh dan jaminan kebahagian dunia akherat.
Sudah kita ketahui bersama bahwa manusia dalam kehidupannya itu selalu mengadakan hubungan dengan orang lain. Dengan adanya hubungan ini ia berusaha untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang dihadapinya. Dalam berperilaku yang baik itu manusia harus tahu sifat yang dihadapinya. Dan pada hakekatnya manusia itu telah diberi kesadaran untuk memilih yang baik dan buruk dari sang pencipta.
Masalah akhlakul karimah itu merupakan ilmu yang berkaitan dengan ilmu akherat, karena perilaku tersebut merupakan kualitas positif dan terpuji yang melahirkan tindakan mulia. Selain itu manusia juga diilhami oleh Allah dengan jalan baik dan buruk sesuai dengan firman Allah SWT:
   
Artinya. “ Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya.” (QS.Al-syams:8).

Perilaku baik dan buruk merupakan suatu yang mendasar dalam diri manusia karena manusia mempunyai kebebasan untuk memilih bahwa manusia adalah kehendak bebas dan bertanggung jawab yang menempati station antara dua kutub yang berlawanan yakni Allah dan setan, selanjutnya kehendak bebas yang berhadapan dengan pilihan yang berat dan rumit apakah ia akan memilih roh Allah atau terbenam dalam lempung dibawah endapan Lumpur. Dengan adanya kehendak bebas manusia itu maka manusia perlu pengarahan untuk memilih atau menentukan kehendak agar manusaia tidak terperosok ke dalam Lumpur yang busuk. Untuk itu diperlukan suatu pendidikan yang akan mendidik manusia untuk berperilaku ihsan atau baik, dalam kehidupan di masyarakat manusia tidak dapat hidup sendiri bahkan ia selalu bergaul dengan sesamanya. Oleh karena itu manusia dalam hidupnya harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, menghormati sesama, suka memaafkan bila ada yang bersalah, menolong terhadap orang yang perlu mendapatkan pertolongan, menepati janji dan juga berani mempertahankan sesuatu kebenaran untuk disampaikan.
Dari penjelasan diatas kita tahu bahwa cirri-ciri kepribadian muslim yaitu:
1. Bashirah. Orang Islam yang berpedoman kepada petunjuk Allah adalah orang Islam yang memperoleh cahaya. Ia diberikan bashirah dan furqon. Islam yang dianut oleh orang muslim itu menghidupkan hati dan menyembuhkan bermacam-macam penyakit. Islam itu adalah cahaya yang mengoyak-ngoyak selubung kegelapan yang menyelubungi jiwa, sebagaimana ia menyingkap kegelapan pikiran yang terhembus dalam kehidupannya.
2. Kekuatan Hidayah Tuhan yang benar-bena dirasakan oleh orang Islam, kebenaran murni yang dipikulnya, terang jalan yang ditempuh dan pengetahuannya mengenai kesesatan yang menimpa manusia, semua itu membuat ia mempunyai kekuatan yaitu kekuatan hakiki lagi benar yang tegak diatas dasar-dasar yang benar lagi kuat, kekuatan menisbahkan diri kepada Allah dan kepada agama-Nya yang hak, Allah SWT berfirman:

Artinya :Kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin ( Al-Munafiqun: 8)
3. Berpegang teguh kepada kebenaran. Orang Islam merasa yakin akan kebenarannya yang ada pada dirinya, sedikitpun ia tidak meragukannya. Ia merasa sangat kuat dengan kebenarannya itu dia berpendapat, bahwa hilangnya kebenaran ini dan berpendapat, bahwa hilangnya kebenaran ini dan terlepasnya tangannya merupakan siksa yang tiada siksa yang lebih berat dari padanya.
4. Tetap tabah atas kebenaran. Sementara tetap berpegang teguh kepada kebenaran, berjihat untuk mewujudkan serta menegakkan dan menghancurkan kebatilan, seorang muslim memerlukan ketabahan.
Dari cirri-ciri diatas bisa kita ketahui bahwa setiap manusia mempunyai kesempatan untuk menjadi pembiasaan hidupnya sehingga akan lekat pada jiwanya, dan akhirnya akan menjadi akhlak. Selanjutnya dengan adanya kebiasaan-kebiasaan yang baik tersebut akan membentuk akhlak. Dalam hal akhlak dapat dirinci sebagai berikut:
a). Akhlakul karimah dalam pergaulan siswa dengan guru. Meliputi sikap hormat, sopan santun dalam berbicara, minta ijin bila meninggalkan ruangan, memberi salam bila bertemu, suka membantu, melaksanakan nasehat dan perintah guru, sikap jujur, berani menyampaikan kebenaran, tepat waktu bila berjanji.
b). Akhlakul karimah terhadap sesame siswa yang meliputi sikap re3ndah hati dan ramah-tamah, suka memberi salam terlebih dahulu, suka memberi maaf kepada sesame siswa yang salah, sopan santun dalam bicara, menunjukkan rasa gembira jika bertemu, tidak suka meneng sendiri. Disamping itu juga bersikap adil dalam bergaul, meliputi suka memberi dan menerima nasehat terhadap sesame siswa, tidak membea-bedakan sesame siswa, tidak suka mengucilkan sesama siswa. Juga mempunyai sikap jujur dalam bergaul, meliputi tidak suka berbohong, berani menyampaikan kebenaran.

B. Selektifitas Bergaul
1. Pengertian
Selektifitas bergaul berarti dalam rangka memilih teman, hal itu perlu dilakukan terencana, tidak spontan karena selektifitas bergaul berarti kehiodupan bersama suatu pergaulan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk sahabat-sahabat (sangat dekat), selektivitasnya harus lebih cermat. Pada umumnya penyebab gagalnya orang-orang dalam melanjutkan perahabatan dalam bergaul adalah karena mereka salah dalam memilih teman yang diajak bergaul dalam kehidupannya. Kegagalan dalam selektivitas tersebut disebabkan sikap tergesa-gesa dan lebih mendahulkan perasaan atau emosionalnya.
2. Pertimbangan – pertimbangan dalam Bergaul
Menurut Mastuhu globalisasi selain menghadirkan peluang “posisi” untuk hidup mudah, nyaman, murah, indah dan maju; juga dapat menghadirkan peluang “negative” sekaligus, yaitu menimbulkan keresahan, penderitaan, dan penyesatan. Disaat inilah manusia akan dihadapkan oleh dua hal yang sama – sama membuat harus memilih dan harus benar- benar mengetahui manfaat dan mudhorotnya. Oleh karena itu manusia harus punya bekal berupa ilmu pengetahuan dan ilmu agama. Ilmu pengetahuan adalah merupakan faktor essensial dalam, pendidikan. Hal ini tumbuh seiring dengan tumbuhnya kesadaran umat manusia akan keterbatasan ilmu pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah umat manusia, terutama yang berhubungan dengan akhlak atau moral. Oleh karena selektif dalam memilih teman adalah kunci utama untuk bisa tumbuh dan berkembang menjadi anak – anak yang sholeh dan sholehah.
Di luar perdebatan tentang globalisasi tersebut kita menyaksikan munculnya pola kelakuan baru anak- anak muda yang menerobos batas- batas keagamaan konvensional, tradisi, dan geografi. Oleh karena itu tantangan anak – anak muda dalam hal pergaulan semakin menantang. Maka itu dalam memilih teman harus berpandai – pandai karena hal tersebut akan mempengaruhi dalam berfikir dan perbuatannya sehari – hari. Oleh karena itu seorang anak harus diarahkan oleh orang tuanya untuk memilih teman.
Sedangkan penciptaan lingkungan pergaulan anak di luar rumah, hendaklah di awasi, dengan siapa anak – anak bergaul dan bagaimana perilaku teman bergaulnya itu. Setidak – tidaknya, orang tua sering- seringlah berkumpul bersama dalam suasana santai dan pada saat itulah di musyawarah apa yang seharian diperbuat oleh anak- anaknya, dengan siapa mereka bergaul, bagaimana perilaku teman – teman mereka dan seterusnya. Jika diperkirakan perilaku teman – teman sepergaulannya itu mendukung kebaikan, maka berikan stimulus agar mereka semakin akrab atau sesekali dimintai supaya datang ke rumah. Sekiranya kurang mendukung atau jelas – jelas berakhlak tercela, maka selekasnyalah anak diperinagtkan agar mereka tidak terlalu dekat dalam berteman, jika perlu supaya menjauh dari teman-teman yang demikian. Orang tua bisa menasehati misalnya dengan syair sebuah sya’ir yang berbunyi:

Artinya : “Janganlah berteman dengan pemalas yang buruk laku! Betapa banyak orang yang saleh menjadi buruk, sebab berteman dengan orang yang buruk laku. Menjalarnya laku buruk dari teman teramat cepat, laksana bara api yang diletakkan di atas abu.”

Nasehat – nasehat seperti itu perlu diberikan terus menerus agar anak tidak keliru dalam memilih teman. Jangan sampai mereka tersesat akibat sesatnya pergaulan. Ciptakan segala lingkungan tempat anak – anak bergaul dengan lingkungan yang benar – benar mendidik.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam selektivitas bergaul antara lain yaitu :
a. Agama Islam. Agama adalah hal yang sangat penting dalam selektif bergaul. Karena kita ketahui bahwa seseorang yang mempunyai agama kuat maka InsyaAllah akan bisa membawa kita ke jalan yang di ridhoi-Nya dan juga akhlaknya akan terpelihara dari hal – hal yang dosa.
b. Melaksanakan amalan – amalan Islam. Hal ini sangat jelas bahwa tak ada satupun amalan agma Islam yang akan menyengsarakan umatnya. Hanya orang – orang yang bodoh yang tidak menyakini hal tersebut. Karena kita bahwa semua ajaran Islam mengajak umatnya untyk berbuat kebaikan dan salah satunya adalah berakhlak mulia.
c. Mempunyai sifat tulus dan mulia. Hal ini merupakan salah satu criteria sifat yang harus dimiliki oleh seseorang untuk kita pilih menjadi teman. Karena jika seseorang telah memiliki sifat tersebut maka penulis yakin akhlaknya juga baik. Bagaimana tidak jika seseorang telah dengan tulus melakukan sesuatu maka dia orangnya sangat mulia.
d. Semua kata – katanya dapat dipercaya. Kreteria yang terakhir ini tak kalah pentingnya dengan yang lain. Karena kita ketahui bahwa jika seseorang sudah tidak percaya semua perkataannya maka dia bukanlah teman yang bisa diajak cerita tentang masalah – masalah yang seharusnya kita jaga.
Berbagai macam hal – hal yang perlu diperhatikan dalam selektivitas bergaul di atas akan mempunyai tujuan dalam rangka untuk dapat memberikan andil dalam mewujudkan amal perbuatan yang lebih baik dan sebagai teman hidupnya dalam rangka untuk meningkatkan perbuatan – perbuatan yang baik dalam kehidupan sehari – hari. Kalau kita telah terlanjur memilih teman yang salah maka kita masih punya kesempatan untuk meninggalkannya dan mencari teman yang baru yang sesuai dengan criteria-kriteria diatas. Meskipun yang sulit itu kita lakukan. Tapi yang penting bagi kita adalah belajar untuk mencobanya. Karena belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yangbberupaya mencapai tujuan belajar yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relative baik.
Bagaimanapun memilih teman dalam bergaul bukan berarti meragukan semua teman yang tidak dipilih sebagai teman dekat. Sungguh halk tersebut hanya dilakukan dalam batas – batas yang wajar. Dalam selektivutas bergaul memang sangat diperlukan karena memilih teman yang baik atau tidak baik pada dasarnya merupakan pendidikan yang secara tidak disadari, sehingga hal tersebut memerlukan perhatian serius dalam kaitannya dengan selektivitas bergaul. Demikian juga memilih teman dekat dalam Islam sangat jauh dari unsur semangat realistis dan geografis, justru keduanya itu adalah pikiran – pikiran yang ditiupkan oleh musuh Islam, sebagai alat untuk memecah permusuhan umat, sehingga dengan begitu akan mudah bagi mereka untuk mengeksploitasinya. Oleh karena itu dalam selektivitas bergaul jangan hanya memperhatikan warna kulit, ras, maupun lainnya. Yang perlu ditegakkan adalah firman Allah yang artinya “Sesungguhnya orang yang paling mulia antara kamu adalah orang yang paling takwa di sisi Allah”. (QS. Al-Hujurat : 13)
Dalam firman Allah tersebut telah tergambar bahwa dalam memilih teman untuk diajak bergaul yang pertama dilihat adalah taqwanya karena sifat ketaqwaan itu akan mencerminkan semua perilakunya dalam kehidupan sehari – hari. Selektivitas dalam pergaulan tidak bisa dilakukan dengan tergesa – gesa kaena akhlak anak – anak sangat ditandai oleh ketidak teraturan, ada sianak mudah meloncat dari kesan yang satu ke kesan yang lain, dari satu aktifitas, satu sentiment ke yang lainnya dengan cara cepat. Disposisinya sama sekali belum stabil, kemarahannya mudah berkobar tapi juga mudah mereda. Air mata berganti senyum, persahabatan berbalik menjadi kebencian atau sebaliknya, tanpa paksaan yang jelas atau seringkali hanya pengaruh kecil dalam pergaulannya. Berbagai permainan yang dikenalipun ia sangat bosan dan beralih ke suatu yang lain, sehingga dalam hal ini si anak akan mengikuti apa yang diberikan kepada orang tuanya. Oleh karena itu sebagai orang tua harus memberikan pengarahan dan ketauladanan agar si anak bisa menerapkan apa yang diberikan dan dilakukan oleh si anak. Karena dalam proses pembentukkan kepribadian anak akan melihat dalam hal ini memanifestasikan apa yang terdapat pada orang tuanya. Sehingga dalam memilih teman tidak akan membawa kemadlorotan dan akan mempengaruhi kepribadian yang lebih baik lagi.

C. Hubungan Pemahaman Akhlak dengan Selektivitas Bergaul
Sebagai umat Islam hendaknya mampu untuk menyakini apa yang diturunkan oleh Allah dan Rasul-Nya atau sering disebut habluminnas dan habluminallah. Aturan itu sebagai modal untuk melaksanakan ibadah, dari akhlak yang mulia inilah nantinya akan mempengaruhi tindakan – tindakan seseorang dalam kehidupan setiap hari antara lain selektivitas dalam bergaul. Tindakan yang dilandasi dengan ajaran agama Islam dalam arti sesuai anjuran Islam dan menjauhi larangan Islam itulah yang dinamakan akhlakul karimah.
Dari penjelasan diatas kita tahu bahwa pemahaman akhlak yang baik akan sangat mempengaruhi seseorang terhadap selektivitas bergaul. Maksudnya jika seseorang paham betul tentang akhlak maka dia akan selektif dalam pergaulan di sekolah maupun masyarakat.
Akhlak merupakan perilaku dalam pergaulan sehari – hari, percampuran dalam persahabatan atau dalam kehidupan sehari – hari, hidup dan kehidupan bersama – sama masyarakat. Kita semua khususnya umat Islam perlu bergaul terlebih – lebih para siswa MTs sebagai lembaga pendidikan Islam dalam rangka meningkatkan selektivitas bergaul. Sebab dalam pergaulan terdapat teman atau orang lain yang akhlaknya buruk dan ada juga yang baik, sehingga perlu selektivitas dalam bergaul dengan sesame manusia baik dalam keadaan sendiri atau berkelompok di sekolah maupun dalam masyarakat.
Agama Islam tidak melarang adanya pergaulan antara sesama manusia bahkan malah diajurkan asal berdasarkan norma – norma ajaran agama Islam. Dengan adanya pergaulan berarti telah mengadakan interaksi yang di dalamnya terkandung pendidikan. Maka tercetuslah bertambahnya pengetahuan, kepandaian bahkan sampai pada akhlak termasuk dalam bergaul dengan sesamanya. Dalam peningkatan pemahaman akhlak dan selektivitas bergaul terjadilah suatu interaksi yang memuat hal – hal edukatif.
Untuk bisa memahami akhlak dengan sebaik – baiknya maka seseorang harus memang benar – benar mempunyai seorang sosok guru pada saat bisa proses belajar mengajar diperlukan upaya – upaya maksimal, sehingga ulama pada masa depan mempunyai ilmu pengetahuan yang luas, beriman dan beramal saleh.
Dari penjelasan diatas kita ketahui bahwa jika seseorang telah paham akhlak yang baik dan akhlak yang buruk maka secara tidak langsung dia akan selektif dalam bergaul. Karena jika teman kita mempunyai akhlak yang buruk maka kitapun akan ikut terpengaruh, atau sebaliknya jika mempunyai teman teman baik maka kitapun akan ikut menjadi baik. Seperti pepatah jawa jika tidak ingin bau minyak maka jangan dekat – dekat dengan minyak, atau kalau gak ingin panas maka jangan dekat – dekat dengan api. Kedua pepatah jawa itu telah memberikan gambaran pada kita bahwa teman yang paham akhlak sangat memberikan pengaruh bagi kehidupan kita.

BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Sejarah singkat berdirinya MTs N Subah Batang
Semakin berkembangnya masyarakat Indonesia dalam hal pendidikan, terbukti kecamatan Subah mempunyai semangat dan peduli terhadap anak-anak dan cucu mereka untuk meraih pendidikan serta melestarikan budaya dan peradaban bangsa. Dengan semangat dan kepedulian masyarakat kecamatan Subah bersama – sama untuk mendirikan lembaga pendidikan, karena masyarakat sekitar mayoritas di domisili oleh orang muslim sehingga para tokoh masyarakat menginginkan regenerasi yang akan datang mempunyai akhlakul karimah yang baik. Kepedulian masyarakat kecamatan Subah terbukti dengan adanya pendirian bangunan lembaga pendidikan dengan harapan para pendiri dan tokoh mayarakat kecamatan Subah agar anak – anak cucu mereka dapat menggantikan tugas orang tua sebagai khalifah fil ardi dengan sebaik – baiknya.
Berdirinya MTs N di kecamatan Subah dilatarbelakangi adanya penjajahan baik dari Barat ( Jepang, Belanda, dan Inggris) maupun dalam negeri misalnya G.30.S. PKI yang meletus pada tahun 1965, sehingga masyarakat Subah merasakan pentingnya pendidikan dalam rangka merubah system kehidupan khususnya pendidikan agama Islam sebagai modal bagi putra putrinya. Berangkat dari permasalahan itu maka ada beberapa tokoh masyarakat timbul pemikiran untuk mendirikan lembaga pendidikan formal yang berciri khas Islam yaitu MTs untuk menampung lulusan SD dan MI yang ada di Wilayah Kecamatan Subah Kabupaten Batang. Akhir atahun 1969 Kecamatan Subah Kabupaten Batang telah berhasil mendirikan madrasah menengah pertama (MMP) Tsabiluttaqwa yang didirikan atas swadaya masyarakat yang diprakarsai KH. Fahrurrozi, K. Kosim Tolib (alm), Kariri Said, Rahmat Muhai alm.
MPP menempuh pendidikan selama tiga tahun yang mendasarkan pada surat keputusan mentri agama No. 52 tahun 1971 taggal 2 Agustus 1971 agar diadakan perubahan nama. Baik struktur maupun kurikulum madrasah di lingkungan Depag. Pada tahun 1972 MPP berubah namanya menjadi MTs Tsabiluttaqwa yang mendasarkan pada keputusan mentri agama No. 31 tahun 1972. Kemudian satu tahun kemudian berubah menjadi pendidikan guru agama pertama yang lama pendidikannya empat tahun yang dibina oleh pendidikan guru agama negeri Pekalongan.
Pendidikan guru agama pertama Tsabiluttaqwa mengalami berbagai kendala sehingga berubah namanya kembali menjadi MTs Tsabiluttaqwa pada tahun 1978. Hal ini berdasarkan surat keputusan mentri agama No. 16 tahun 1978. Berdasarkan pertimbangan dan untuk mememudahkan meningkatkan mutu pendidikan maka MTs Tsabiluttaqwa menerima tawaran dari pemerinah (Depag) untuk dinegerikan. MTs N berdiri berdasarkan Surat keputusan mentri agama No. 27 tahun 1980 dan diresmikan pada tanggal 2 Juli 1971 oleh Bapak Kepala Kantor Wilayah Depag Propinsi Jawa Tengah dan didampingi Bupati Batang dan MTs negeri Ymt yang saat ini menjabat sebagai kepala seksi pendidikan agama Islam Kandepag Batang
2. Keadaan guru dan karyawan MTs N Subah Batang
Guru dan karyawan di sebuah lembaga pendidikan adalah merupakan motor dalam melaksanakan adanya proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan yakni mewujudkan generasi insane kamil. Adapun keadaan guru dan karyawan MTs N Subah Batang antara lain:

TABEL I
KEADAAN GURU DAN KARYAWAN MTs N SUBAH BATANG
TAHUN 2005
No Nama NIP Mengajar Ijasah Terakhir Jabatan
1. Drs. Sholihin Hayat 150209969 BK SI IAIN AKTA IV Ka. Madrasah
Drs. Ubaidillah 15022607 Bahasa Arab SI IAIN WK. Mad. Ur. Kurikulum
Zaenal Arifin, S.Ag 150207108 Fiqih SI IAIN WK. Mad. Ur. Humas
Purwati, BA 150104107 B. Indonesia SM IAIN Wali Kelas II C
Drs. Amir Faisol 150271290 B. Inggris, Arab SI IAIN/TADRIS Wali Kelas Ia
Chorisah, A.Md 150212292 Aqidah akhlak D2 Wali Kelas IC
Muhajir, BA 150235930 PPKN, IPA Fisika SM IAIN WK. Mad. Ur. Sarana dan Prasarana
Sukirno, S.Ag 150258448 SKI SI IAIN WK. Mad. Ur. Kesiswaan
Muhdi, BA 150240522 B. Inggris SM IAIN Wali Kelas IIIa
Lucky Frisdiarti, BA 150246236 BK, B.Daerah SM IKIP Wali Kelas IIb
Drs. Darozi 150277234 IPS (Ekonomi) SI IAIN/TADRIS Wali Kelas II e
Dra. Susi Ida H 150281558 IPA ( BIologi) SI IAIN/TADRIS Wali Kelas IId
Dra. Krisnawaty 150279886 Matematika SI IAIN/TADRIS Wali Kelas IIa
Suaman 150254551 IPA Fisika D3 IKIP Wali Kelas IIIb
Mustofa, BA 150259757 B. Indonesia SM IAIN Wali Kelas IIIc
Darman, A,Ma Pd 131869853 Penjaskes D3 IKIP Wali Kelas IIf
Suwahono, S.Pd 150294973 IPS Sejarah S1 IKIP Wali Kelas IIId
Ernio Budiyanti, S.Pd 150294811 Kertangkes SI UMS Wali Kelas Id
Yudo Andrianto -
B. Indonesia D3 UMS Wali Kelas Ib
Dra. Umul faidah - Matematika SI IAIN -

Edi subeno, S.Pd - IPS Geografi SI IKIP -
Wityawati, S.Pd - IPS Sejarah SI UNNES -
Wiastuti DS, S.Pd - B. Indonesia S1 UMS -
Ari Riwayanto, S.Pd - Matematika S1 UNS -
Titik Margiati, S.Pd - IPS Sejarah S1 UNS -
Nurkhusno 150224609 -
MAN Ka. Ur. TU
Sumarno 150247378 - SMA Staf TU
Siti Qomariyah - - MAN Staf TU
Mujinah - - SMA Staf TU
M. Suryo - - SMA Penjaga
3. Keadaan murid MTs N Subah Batang
Keadaan murid MTs N Subah Batang mengalami peningkatan setiap tahunnya walaupun ada persaingan dengan lembaga pendidikan tingkat menengah umum yang berstatus negeri. Namun MTs N Subah Batang ini dalam penerimaan siswa baru dari tahun ke tahun kuantitas makin meningkat masih dalam taraf normal atau baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat table dibawah ini.

TABEL II
KEADAAN MURID MTs N SUBAH BATANG
No Tahun Pelajaran Kelas I Kelas II Kelas III Jml total
pa pi jml pa pi jml pa pi jml
1 2001/2002 82 104 186 58 83 141 55 58 113 440
2 2002/2003 111 117 228 75 97 172 54 81 135 535
3 2003/2004 138 155 293 101 108 209 73 96 169 671
4 20014/2005 87 115 202 123 149 272 98 105 203 677
5 2005/2006 89 113 202 125 150 275 90 113 203 680

4. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah merupakan salah satu alat penunjang dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Sehingga dalam lembaga pendidikan semakin lengkap alat pendukungnya maka semakin baik dalam arti dapat dengan mudah untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

TABEL III
KEADAAN SARANA DAN PRASARANA MTs N SUBAH BATANG.
NAMA BARANG JML KET
Mesin Ketik
 Mesin ketik manual portable (11-13”)
 Mesin ketik manual Standar (14 – 17”)
 Mesin ketik manual Langwangen dan Olimpia (18 – 35”)
 Mesin ketik manual Olimpia
1
1
1
4
1


Baik
Komputer
 Komputer Kp. 133 MHZ
 Printer LQ 1070
 Printer LX000
2
1
1


Baik
Alat Penyimpan
 Filling cabinet
2
Baik
Alat Kantor lain
 Papan Visual
5
Baik
Alat Rumah Tangga
 Tape Recorder
 Radio Tape
 Sound System
 Mikrofon
 Pemotong Rumput 2
1
2
2
1
2


Baik
Mebelair
 Lemari kayu
 Rak kayu/besi
 Meja kayu
 Kursi kayu
 Kursi besi
 Figura
 Tempat Koran
 Meja kursi tamu
22
12
394
704
15
64
1
3 set


Baik
Alat komunikasi
 Telepon
1
Baik
Alat kesenian
 Pianika
 Gitar
 Alat musik (Chosidah)
 Suling plastik
 Drumband
12
1
43
5
1 set


Baik
Alat Olah Raga
 Alat Volly Ball
 Tennis Meja
 Atletik
 Bulu Tangkis
17
16
85
4

Baik
Alat Peraga Pendidikan
 Alat peraga Fisika
 Alat peraga Kimia
 Alat peraga Biologi
 Alat Peraga ketrampilan
 Mikroskup
 Alat peraga Fisika
 Alat Peraga Kimia
183 set
329 set
81 set
9 set
5 buah
9 buah
25 buah



Baik
Buku perpustakaan
 Buku- buku
 Buku umum
 Buku agama
 CBSA Agama
 Buku Ilmu Sosial
 Buku Ilmu Bahasa
 Matematika/Pengetahuan Alam
 Ilmu Pengetahuan Praktis
 Olah Raga dan Kesenian
55
1513
5243
111
2745
3295
3676
31
283



Baik


B. Penyajian Data
1. Data tingkat pemahaman akhlak MTs N Subah Batang
Dalam penelitian ini penulis telah memaparkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui pemahaman akhlak siswa MTs N Subah Batang tahun pelajaran 2004/2005. (2) Untuk mengetahui selektifitas bergaul siswa MTs N Subah Batang tahun pelajaran 2004. (3) Untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan pemahaman akhlak dengan selektifitas bergaul pada siswa MTs N Subah Batang tahun pelajaran 2005. Maka langkah awal untuk mengetahui tujuan tersebut adalah mengumpulkan data, yang kemudian data tersebut diolah. Di bawah ini penulis sajikan data yang berhasil penulis olah menjadi bentuk tabel.
Untuk mengetahui skore tingkat pemahaman akhlak tersebut, maka penulis mengambil prosedur sebagaiu berikut :
(1) Memberi nilai 3 untuk jawaban setiap item ytang berkode a.
(2) Memberi nilai 2 untuk jawaban setiap item yang berkode b
(3) Memberi nilai 2 untuk jawaban setiap item yang berkode c

TABEL IV
TINGKAT PEMAHAMAN AKHLAK MTS N SUBAH BATANG
TAHUN PELAJARAN 2004 / 2005
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 skore
1 Ag 3 3 1 1 2 2 1 2 2 3 20
2 Ah 3 3 3 3 3 3 1 3 3 25
3 Ak. M 3 2 3 1 3 3 3 2 2 2 24
4 Al 3 2 3 2 3 1 2 3 2 3 24
5 A.S 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 29
6 AB 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
7 Ar 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 24
8 Af 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 28
9 Au 3 2 2 3 3 3 3 2 2 1 24
10 DR 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 26
11 Ge 3 3 2 3 1 2 2 2 3 2 23
12 Ha 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 28
13 In 2 2 3 3 3 2 2 2 1 2 22
14 Ja 3 3 2 2 1 3 3 2 2 3 24
15 MA 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 25
16 MG 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 25
17 MH 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3 27
18 MI 2 2 3 1 1 1 2 1 1 2 15
19 ML 3 3 2 2 2 3 3 3 2 1 24
20 MR 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 27
21 Mh 3 1 1 1 2 3 3 3 3 3 20
22 Mk 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
23 Na 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 27
24 Re 3 3 2 2 1 1 2 1 2 2 19
25 RU 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 25
26 Sa 33 3 3 3 2 3 2 3 3 1 26
27 So 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 27
28 Su 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 29
29 Ya 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 29
30 Za 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 24
31 AU 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 24
32 AK 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 25
33 Ai 3 2 3 3 3 3 3 3 1 3 27
34 Aa 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 24
35 AF 3 3 3 1 3 1 2 3 3 3 25
36 De 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 28
37 Ex 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 26
38 FA 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 14
39 Fi 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 25
40 Kh 3 3 2 2 1 2 3 3 3 2 24
41 LO 3 3 3 3 2 1 2 2 2 1 22
42 MS 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 27
43 NU 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 28
44 NA 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 29
45 Nh 3 2 1 2 3 1 2 1 3 3 21
46 Rrk 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 26
47 SA 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 25
48 Si 3 2 3 2 1 3 3 2 2 2 23
49 SJ 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 38
50 Us 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 24

2. Data selektifitas Bergaul Siswa MT s N Batang Subah
Untuk membuktikan tujuan penelitian yanb penulis ajukan pada nomor dua dan sekaligus untuk menjawab tujuan penelitian pada nomor 3 yaitu untuk mengetahui pemahaman akhlak pengaruhnya terhadap selektifitas bergaul siswa MTs N Subah Batang khususnya kelas 1, maka dirasa perlu mengetahuio selektifitas bergaul siswa MTs N Subah Batang tersebut. Berikut ini penulis sajikan data tentang selekltifitas bergaul pada siswa MTs N Subah Batang, dapat dilihat pada tabel berikut ini.


TABEL VI
TINGKAT SELEKTIFITAS BERGAUL SISWA MTS N SUBAH BATANG
TAHUN AJARAN 2004
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 skore
1 Ag 3 1 2 3 3 2 2 2 1 1 23
2 Ah 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 27
3 Ak. M 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 27
4 Al 3 2 3 3 3 1 3 3 3 2 26
5 A.S 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
6 AB 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
7 Ar 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 28
8 Af 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 24
9 Au 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 28
10 DR 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 24
11 Ge 2 1 1 2 2 3 3 2 1 2 22
12 Ha 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 25
13 In 3 3 2 2 2 2 3 3 1 2 23
14 Ja 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 28
15 MA 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 24
16 MG 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 24
17 MH 3 3 1 3 3 2 2 1 3 3 24
18 MI 2 3 2 2 1 1 1 1 1 2 16
19 ML 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 24
20 MR 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 27
21 Mh 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 25
22 Mk 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 28
23 Na 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 25
24 Re 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 24
25 RU 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 25
26 Sa 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 29
27 So 3 2 3 3 3 1 2 2 2 3 24
28 Su 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 25
29 Ya 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 28
30 Za 3 3 3 3 1 2 3 3 2 3 26
31 AU 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 27
32 AK 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 28
33 Ai 3 3 3 3 3 3 1 2 2 3 26
34 Aa 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 25
35 AF 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 23
36 De 3 2 2 3 1 3 3 2 2 3 24
37 Ex 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 26
38 FA 3 3 2 2 1 2 1 1 3 2 21
39 Fi 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 27
40 Kh 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 29
41 LO 3 2 3 2 3 3 3 3 1 2 26
42 MS 3 2 3 1 2 2 3 1 2 2 21
43 NU 3 3 3 3 2 3 3 1 2 3 25
44 NA 3 2 2 1 3 3 3 2 2 3 24
45 Nh 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 25
46 Rrk 3 3 2 2 2 1 2 3 3 1 22
47 SA 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 27
48 Si 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 27
49 SJ 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 27
50 Us 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 29


BAB IV
ANALISIS DATA

A. Analisis Data Tingkat Pemahaman Akhlak dan Selektifitas Bergaul
1. Analisis data tingkat pemahaman akhlak
Dalam penelitian atau skripsi ini terdapat dua variabel yaitu variabel pemahaman akhlak dan variable selektifitas bergaul. Jadi pemahaman akhlak pada MTs N Subah Batang merupakan tujuan pertama yang penulis tempuh dalam penelitian ini, yakni untuk menjawab pokok masalah pertama yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya atau bab pendahuluan. Yakni untuk mengetahaui tingkat pemahaman akhlak, maka penulis segera mengadakan pengolahan terhadap data yang telah terkumpul dan setelah itu diadakan analisis yang tepat. Adapun langkah yang penulis ambil adalah sebagai berikut :
a. Mencari skore dari masing – masing jawaban responden yakni memberi nilai 3 untuk jawaban tiap item berkode a, memberi nilai 2 untuk jawaban tiap item yang berkode b, dan memberi nilai 1 untuk jawaban tiap item yang berkode c, sehingga dapat disajikan dalam bentuk table berikut ini :
Tabel VI
NilaiTingkat Pemahaman Akhlak Pada Siswa MTs N Subah Batang
Tahun Ajaran 2004 / 2005
1 Nama Frekuensi dari jawaban Skore
A B C
1 Ag 3 4 3 20
2 Ah 8 - 1 25
3 Ak. M 5 4 1 24
4 Al 5 4 1 29
5 A.S 9 1 - 30
6 AB 10 - - 30
7 Ar 4 6 - 24
8 Af 8 2 - 28
9 Au 5 4 1 24
10 DR 5 5 - 26
11 Ge 4 5 1 23
12 Ha 8 2 - 28
13 In 3 6 1 22
14 Ja 5 4 1 24
15 MA 5 5 - 25
16 MG 8 1 1 27
17 MH 8 1 1 27
18 MI 1 5 4 15
19 ML 5 4 1 24
20 MR 7 3 - 27
21 Mh 3 4 2 20
22 Mk 10 - - 30
23 Na 8 1 1 27
24 Re 2 5 3 19
25 RU 5 5 - 25
26 Sa 7 2 1 26
27 So 7 3 - 27
28 Su 9 1 - 29
29 Ya 9 1 - 29
30 Za 4 6 - 24
31 AU 6 4 - 24
32 AK 5 5 - 25
33 Ai 8 1 1 27
34 Aa 4 6 - 24
35 AF 7 1 2 14
36 De 8 2 - 28
37 Ex 6 4 - 26
38 FA 1 2 7 14
39 Fi 5 5 - 25
40 Kh 5 4 1 24
41 LO 4 4 2 22
42 MS 7 3 - 28
43 NU 8 2 - 28
44 NA 9 1 - 29
45 Nh 4 3 3 21
46 Rrk 6 4 - 26
47 SA 5 5 - 25
48 Si 4 5 1 23
49 SJ 8 2 - 38
50 Us 4 6 - 24

b. Menentukan lebar interval, dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Mencari Ba (nilai batas tertinggi), yaitu 30
2. Mencari Bb (nilai batas terendah), yaitu 10
3. Setelah diketahui Ba dan Bb maka digunakan rumus sebagai berikut :

=
=
= 7
c. Mengklasifikasikan tingkat pemahaman akhlak dengan berpedoman pada lebar interval sehingga diketahui :
- 24 – 30 aalah nilai dalam kategori tinggi dalam akhlak (A)
- 17 – 23 nilai dalam kategori kurang dalam pemahaman akhlak (B)
- 10 – 16 adalah nilai dalam kategori tidak dalam pemahaman akhlak (C)
Agar lebih jelas penulis sajikan dalam bentuk tabel berikut ini :

Tabel VII
Tingkat Pemahaman Akhlak Pada Siswa MTs N Subah Batang
Tahun Ajaran 2004 / 2005
No Tingkat Pemahaman
Akhlak Nominasi No Tingkat Pemahaman
Akhlak Nominasi
1 20 Kurang 26 26 Tinggi
2 25 Tinggi 27 27 Tinggi
3 24 Tinggi 28 29 Tinggi
4 24 Tinggi 29 29 Tinggi
5 29 Tinggi 30 24 Tinggi
6 30 Tinggi 31 24 Tinggi
7 24 Tinggi 32 25 Tinggi
8 28 Tinggi 33 27 Tinggi
9 24 Tinggi 34 24 Tinggi
10 26 Tinggi 35 25 Tinggi
11 23 Kurang 36 28 Tinggi
12 28 Tinggi 37 26 Tinggi
13 22 Kurang 38 14 Tidak
14 24 Tinggi 39 25 Tinggi
15 25 Tinggi 40 24 Tinggi
16 25 Tinggi 41 22 Kurang
17 27 Tinggi 42 27 Tinggi
18 15 Tidak 43 28 Tinggi
19 24 Tinggi 44 29 Tinggi
20 27 Tinggi 45 21 Kurang
21 20 Kurang 46 26 Tinggi
22 30 Tinggi 47 25 Tinggi
23 27 Tinggi 48 23 Kurang
24 19 Kurang 49 38 Tinggi
25 25 Tinggi 50 24 Tinggi

d. Mencari banyaknya individu dalam tiga tingkatan kategori, yaitu : tinggi, kurang, dan tidak, sehingga dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut ini.
Tabel VIII
Komposisi Frekuensi Tingkat Pemahaman Akhlak Pada Siswa MTs N Subah
Batang Tahun Ajaran 2004 / 2005
No Nilai Pemahaman Akhlak Interval Nilai F %
1 Tinggi 24-30 40 80
2 Kurang 17-23 8 16
3 Tidak 10-13 2 4
Jumlah 50 1005

Dari tabel tersebut maka penulis dapat memberikan interpretasi tentang tingkat pemahaman akhlak pada siswa MTs N Subah Batang tahun ajaran 2004/2005.
1) 40 dari 50 responden adalah tergolong dalam kelompok tinggi, dan jika diprosentasekan maka akan diperoleh angka 80 %. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa MTs N Subah Batang dengan predikat baik atau tinggi berjumlah 80 %.
2) 8 dari 50 responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah termasuk dalam kategori kurang. Ini menandakan bahwa 8 dari responden adalah tergolong dalam kategori kurang dalam pemahaman akhlak. Dan jika diprosentasekan maka akan diketahui ada 16%.
3) Adapun yang tergolong dalam kelompok tidak dalam pemahaman akhlak ada 2 responden. Dengan demikian diketahui bahwa siswa MTs N Subah Batang yang tergolong dalam kategori tidak dalam pemahaman akhlak ada 4%.
2. Analisis Data Selektifitas Bergaul Siswa MTs N Subah Batang
Analisis paeda bagian ini dimaksudkan untuk mencari jawaban terhadap tujuan penelitian yang kedua yakni untuk mengetahui tingkat selektifitas bergaul pada siswa MTs N Subah Batang tahun ajaran 2004 / 2005. Prosedur yang penulis gunakan untuk mengetahui tingkat selektifitas bergaul pada siswa tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mencari skore dari masing – masing jawaban responden yaitu dengan cara memberikan nilai 3 pada jawaban tiap item yang berkode a, memberi nialai 2 pada jawaban tiap item yang berkode b, dan memberi nilai 1 pada jawaban tiap item yang berkode c. Penulis berhasil merangkum perolehan nilai skore dari masing – masing jawaban responden, dan agar lebih jelas dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel IX
Tingkat Selektifitas Bergaul Pada Siswa MTs N Subah Batang
Tahun Ajaran 2004 / 2005
No Nama Frekuensi dari jawaban Skore
A B C
1 Ag 3 4 3 23
2 Ah 8 1 1 27
3 Ak.M 9 1 - 27
4 Al 7 2 1 26
5 AS 10 - - 30
6 AB 10 - - 30
7 Ar 8 2 - 28
8 AF 6 4 - 24
9 Au 8 2 - 28
10 DR 4 6 - 24
11 Ge 2 5 3 22
12 Ha 5 5 - 25
13 In 4 5 1 23
14 Ja 8 2 - 28
15 MA 6 4 - 24
17 MG 6 4 - 24
18 MH 6 2 2 24
19 MI 1 4 5 16
20 MR 7 3 - 27
21 Mh 5 5 - 25
22 Mk 8 2 - 28
23 Na 5 5 - 25
24 Re 6 4 - 24
25 Ru 5 5 - 25
26 Sa 9 1 - 29
27 So 5 4 1 24
28 Su 5 5 - 25
29 Ya 8 2 - 28
30 Za 7 2 1 26
31 AU 7 3 - 27
32 AK 8 2 - 28
33 Ai 7 2 1 26
34 Aa 5 5 - 25
35 AF 4 6 - 23
36 De 5 4 1 24
37 Ex 6 4 - 26
38 FA 7 3 - 29
39 Fi 7 3 - 27
40 Kh 9 1 - 29
41 LO 6 3 1 26
42 MS 3 5 2 21
43 NU 7 2 1 25
44 NA 5 4 1 24
45 Nh 5 5 - 25
46 Rrk 4 4 2 22
47 SA 6 4 - 26
48 Si 7 3 - 27
49 SJ 7 3 - 27
50 Us 9 - 1 29

b. Menentukan lebar interval, dengan sebagai berikut :
1. Mencari nilai tertinggi (Ba), yaitu 30
2. Mencari nilai terendah (Bb) yaitu 10
3. Menentukan jumlah interval yaitu 3 (tinggi, cukup dan kurang)
Setelah diketahui ketiga hal tersebut maka kemudian dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut :

=
=
= 7
c. Mengklasifikasikan tingkat selektifitas bergaul dengan berpedoman kepada lebar interval tersebut, sehingga dapat diketahui :
- 24 – 30 adalah nilai dalam kategori selektif (A)
- 17 – 23 nilai dalam kategori kurang selektif (B)
- 10 – 16 adalah nilai dalam kategori tidak selektif ( C )
Mengacu pada standarisasi di atas maka tersaji data yang dpat dilihat dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel X
Nilai tingkat Selektifitas Bergaul Pada Siswa MTs N Subah Batang
Tahun Ajaran 2004/2005
NO Nilai Tingkat selektifitas bergaul Nominasi NO Nilai tingkat selektifitas bergaul Nominasi
1 23 Kurang selektif 26 29 Selektif
2 27 Selektif 27 24 Selektif
3 27 Selektif 28 25 Selektif
4 26 Selektif 29 28 Selektif
5 30 Selektif 30 26 Selektif
6 30 Selektif 31 27 Selektif
7 28 Selektif 32 28 Selektif
8 24 Selektif 33 26 Selektif
9 28 Selektif 34 25 Selektif
10 24 Selektif 35 23 Kurang Selektif
11 22 Kurang Selektif 36 24 Selektif
12 25 Selektif 37 26 Selektif
13 23 Kurang Selektif 38 21 Kurang Selektif
14 28 Selektif 39 27 Selektif
15 24 Selektif 40 29 Selektif
16 24 Selektif 41 26 Selektif
17 24 Selektif 42 21 Kurang Selektif
18 16 Kurang Selektif 43 25 Selektif
19 24 Selektif 44 24 Selektif
20 27 Selektif 45 25 Selektif
21 25 Selektif 46 22 Selektif
22 28 Selektif 47 26 Selektif
23 25 Selektif 48 27 Selektif
24 24 Selektif 49 27 Selektif
25 25 Selektif 50 29 Selektif

d. Mencari banyaknya individu dalam tiga tingkatan kategori, yaitu kategori selektif, kurang selektif, dan tidak selektif. Berikut ini dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut ini :
Tabel XI
Frekuensi Tingkat Selektifitas Bergaul Pada Siswa MTs N Subah Batang
Tahun Ajaran 2004 / 2005
NO Nilai Tingkat selektifitas Bergaul Interval Nilai F %
1 Selektif 24 – 30 42 84
2 Kurang selektif 17 – 23 7 14
3 Tidak selektif 10 - 16 1 2
Jumlah 50 100 %

Jika mengacu kepada hasil di atas maka tingkat selektifitas bergaul pada siswa MTs N Subah Batang tahun ajaran 2004 dapat diketahui bahwa :
- Mereka yang berada dalam kondisi selektif berjumlah 42 responden atau 84 %
- Mereka yang berada dalam kondisi kurang selektif berjumlah 7 responden atau 14 %
- Sedangkan mereka yang dalam kondisi tidak selektif berjumlah 1 sresponden atau 2 %.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 42 responden atau 84 % dari keseluruhan sampel berada dalam kondisi selektif atau memiliki selektifitas bergaul baik, adapun 7 responden atau 14% dalam tingkat kurang selektifitas bergaul dan 1 responden atau 2 % tidak selektif dalam bergaul.

B. Analisis Data untuk Mengetahui Hubungan Antara Pemahaman Akhlak dengan Selektifitas Bergaul
Dalam analisis berikut, penulis bermaksud untuk mencari kebenaran adanya hubungan antara pemahaman akhlak dengan selektifitas bergaul. Adapun untuk membuktikan hal tersebut, penulis berusaha mengambil langkah sebagai berikut :
1. Mencari harga Chi Kuadrat, dengan rumus sebagai berikut :
X2 = 
Keterangan :
X2 : Chi kuadrat
fo : frekuensi yang diperoleh
fh : frekuensi yang diharapkan
Untuk mencari harga Chi kuadrat maka penulis mengambil langkah – langkah sebagai berikut :
a. Membuat tabel persiapan nilai tingkat pemahaman akhlak dan nilai selektifitas bergaul. Penulis berhasil merangkum angka – angka dari analisis data, sehingga dapat dilihat dalam bentuk tabel berikut ini :
No Nama Nilai Pemahaman Akhlak Nilai Selektifitas Bergaul Nominasi Nilai Pemahaman Akhlak Nominasi Nilai selektifias Bergaul
1 Ag 20 23 Kurang Kurang selektif
2 Ah 25 27 Tinggi Selektif
3 Ak.M 24 27 Tinggi Selekti
4 Al 24 26 Tinggi Selekti
5 AS 29 30 Tinggi Selekti
6 AB 30 30 Tinggi Selekti
7 Ar 24 28 Tinggi Selekti
8 AF 28 24 Tinggi Selekti
9 Au 24 28 Tinggi Selekti
10 DR 26 24 Tinggi Selekti
11 Ge 23 22 Kurang Kurang selektif
12 Ha 28 25 Tinggi Selektif
13 In 22 23 Kurang Kurang selektif
14 Ja 24 28 Tinggi Selektif
15 MA 25 24 Tinggi Selektif
16 MG 25 24 Tinggi Selektif
17 MH 27 24 Tinggi Selektif
18 MI 15 16 Tidak Kurang selektif
19 ML 24 24 Tinggi Selektif
20 MR 27 27 Tinggi Selektif
21 Mh 20 25 Kurang Selektif
22 Mk 30 28 Tinggi Selektif
23 Na 27 25 Tinggi Selektif
24 Re 19 24 Tinggi Selektif
25 RU 25 25 Tinggi Selektif
26 Sa 26 29 Tinggi Selektif
27 So 27 24 Tinggi Selektif
28 Su 29 25 Tinggi Selektif
29 Ya 29 28 Tinggi Selektif
30 Za 24 26 Tinggi Selektif
31 AU 24 27 Tinggi Selektif
32 AK 25 28 Tinggi Selektif
33 Ai 27 26 Tinggi Selektif
34 Aa 24 25 Tinggi Selektif
35 AF 28 24 Tinggi Kurang Selektif
36 De 28 24 Tinggi Selektif
37 Ex 26 26 Tinggi Selektif
38 FA 14 21 Tinggi Kurang Selektif
39 Fi 25 27 Tinggi Selektif
40 Kh 24 29 Tinggi Selektif
41 LO 22 26 Kurang Selektif
42 MS 27 21 Tinggi Kurang Selektif
43 NU 28 25 Tinggi Selektif
44 NA 29 24 Tinggi Selektif
45 Nh 21 25 Tinggi Selektif
46 Rrk 26 22 Tinggi Kurang Selektif
47 SA 25 26 Tinggi Selektif
48 Si 23 27 Kurang Selektif
49 SJ 38 27 Tinggi Selektif
50 Us 24 29 Tinggi Selektif

b. Mmbuat tabel perhitungan frekuensi yang diperoleh (fo)
Setelah diketahui nilai tingkat dari kedua variabel itu yakni pemahaman akhlak dengan elektifitas bergaul pada siswa MTs N Subah Batang, maka berikut ini penulis berhasil membuat tabel perhitungan frekuensi yang diperoleh sebagai berikut.

Tabel XIII
Frekuensi yang Diperoleh (fo)
No Tingkat Pemahaman Akhlak Tingkat Selektifitas Bergaul Total
Selektif Kurang selektif Tidak selektif
1 Tinggi 37 3 0 40
2 Kurang 5 3 0 8
3 Tidak 0 1 1 2
Jumlah 42 7 1 50

c. Membuat tabel perhitungan frekuensi yang diharapkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
fh =
Keterangan :
Fh = frekuensi yang diharapkan
nk = jumlah kolom
ng = jumlah golongan
N = Total
Dengan demikian dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel XIV
Frekuensi yang Diperoleh (fh)
No Tingkat Pemahaman Akhlak Tingkat Selektifitas Bergaul Total
Selektif Kurang selektif Tidak selektif
1 Tinggi 33,6 5,6 0,8 40
2 Kurang 6,72 1,12 0,16 8
3 Tidak 1,68 0,28 0,04 2
Jumlah 42 7 1 50s

d. Membuat tabel perhitungan Chi Kuadrat ( X )2
Karena angka Indeks korelasi kontingensi C atau KK itu harus dihitung dangan Chi Kuadrat, maka langkah pertama yang harus kita tempuh adalah mengetahui besarnya Chi Kuadrat tersebut. Oleh karena itu di bawah ini penulis siapkan tabel kerjanya.
No Tingkat Pemahaman Akhlak Tingkat Selektifitas Bergaul fo fh (fo-fh) (fo-fh)2

1 Tinggi Selektif
Kurang selektif
Tidak selektif 37
5
0 33,6
6,72
1,68 3,4
-1,72
-1,68 11,56
2,96
2,82 0,34
0,44
1,68
Jumlah 42 2,46
2 Kurang Selektif
Kurang selektif
Tidak selektif 3
3
1 5,6
1,12
0,28 -2,6
1,88
0,72 6,76
3,53
0,44 1,21
2,41
1,57
Jumlah 7 5,19
Selektif
Kurang selektif
Tidak selektif 0
0
1 0,8
0,16
0,04 -0,8
-0,16
0,96 0,64
0,02
0,92 0,8
0,16
23,92
Jumlah 1 24,88
50 32,53

e. Mencari kebenaran hipotesis yang berbunyi ada hubungan yang positif antara pemahaman akhlak dengan selektifitas bergaul pada siswa MTs N Subah Batang tahun ajaran 2004 / 2005.
Setelah harga Chi Kuadrat diketahui, maka selanjutnya penulis substitusikan ke dalam rumus koefisien kontingensi sesuai rumus yang ada dalam bab I sebagai berikut :
KK =
=
=
= 0,63
Untuk memberikan interpretasi terhadap C atau KK itu, harga C terlebih dahulu kita ubah menjadi Phi, dengan rumus :]
 =
 =
 =
 =
 = = 0,82
Selanjutnya harga  yang telah kita peroleh itu kita konsultasikan dengan tabel nilai “r” Proiduct moment, dengan terlebih dahulu mencari df-nya : df = N-nr = 50-2 = 48. (dalam Tabel Nilai “r” Product Moment tidak diperoleh df sebesar 48, karena itu digunakan df sebesar 50). Dengandf sebesar 50, diperoleh harga r pada taraf signifikan 1 % diperoleh 0,354.
Kebenaran hipotesisi tersebut dilandasi dengan uji statisitik dengan memakai rumus Chi Kuadrat dan dilanjutkan pada Koefisien Kontingensi yang kemudian dilanjutkan oleh Phi. Dalam uji statistik diketahui bahwa dengan hasil total 0,82 setelah dikonsultasikan dengan tabel r Product Moment dengan batas penolakan 1 % yang menunjukkan angka 0,354 ternyata total Phi berada jauh di atas batas penolakan 1 %, ayitu 0,82 > 0,354 dalam batas penolakan 1 %.
Dengan demikian nilai Phi leboh ebsar daripada r tabel, apda taraf significant 1 %. Dengan ini maka hipotesa nol ditolak, berarti ada korelasi positif yang sangat dignificant antara pemahaman akhlak degan selektifitas bergaul pada siswa MTs N Subah Batang tahun ajaran 2004 / 2005. semakin besar pemahaman akhlak maka semakin besar pula selektifias bergaul mereka.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis telah mengumpulkan data, kemudian data tersebut diolah yang selanjutnya dianalis dengan menggunakan analisis statistik, maka penulis mengambil kesimpulan antara lain :
1. Variabel pertama yakni pemahaman akhlak pada siswa MTs N Subah Batang menunjukkan tingkat rata – rata yang tinggi yaitu sebanyak 40 orang atau 80 % dari total sampel. Adapun yang kurang sebanyak 8 atau 16 % dan yang tidak sebanyak 2 atau 4 %.
2. Variabel kedua adalah selektifitas bergaul pada siswa MTs N Subah Batang menunjukkan tingkat mayoritas selektif yaitu 42 orang atau 84 % dari total sampel. Adapun yang kurang selektif sebanyak 7 orang atau 14 % dan yang tidak selektif sebanyak 1 atau 2 %.
3. Berdasarkan penganalisaan kedua variabel tersebut dengan analisis statistik, maka total phi sebesar 0,85 setelah dikonsultasikan dengan batas penolakan 1 % yang menunjukkan angka 0,354. Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan dapat diterima kebenarannya, artinya ada hubungan yang positif antara pemahaman akhlak dengan selektifitas bergaul pada siswa MTs N Subah Batang tahun ajaran 2004 / 2005.

B. Saran
Hendaknya para siswa MTs N Subah Batang tahun ajaran 2004 / 2005 menerapkan pengetahuan tentang akhlak, untuk diterapkan dalam kehidupan sehari – hari agar dapat berakhlak dengan baik ditengah – tengah masyrakat. Oleh karena itu selektifitas bergaul perlu diperhatikan dalam bergaul sehari – hari. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar menjadi contoh dalam keluarga, dalam masyarakat , dan dalam lingkungan luas bangsa Indonesia. Oleh karena itu siswa MTs N Subah Batang tersebut agar saling menghargai baik dalam pondok / sekolahan maupun di luar pondok / sekolahan, dan perlu diciptakan lingkungan agamis.
Bagi seorang guru akidah akhlak atau BP juga punya andil yang cukup besar dalam pembentukan akhlak yang baik dalam diri siswa. Misalnya dengan cara memanggil siswa yang memiliki akhlak yang jelek, kemudian diberi nasehat bahwa selektifitas bergaul merupakan langkah yang bisa ditempuh dalam memahami akhlak yang baik, dan masih banyak lagi cara yang bisa dilakukan seorang guru atau BP dalam meningkatkan pemahaman akhlak siswa.

C. Penutup
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang te;ah melimpahkan segala rahmat, inayah serta nikmat kekuatan, kesehatan dan kemudahan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa danya rintangan yang berarti. Sholawat serta salam tak lupa penulis sanjungkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa dan membimbing kita yakni dengan ajaran yang diridhoi oleh Allah SWT, yakni berpegang teguh pada ajaran Islam. Semoga kita semua tergolong umatnya yang mendapat syafaatnya kelak di kemudian hari.
Selanjutnya penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, tentunya tidka mungkin penulis dapat menyelesaikannya, terutama dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbingnya, tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih dan semoga amalnya diterima oleh Allah SWT. Berakhirnya penulisan skripsi ini, semoga dapat bermanfaat khususnya baigi penulis dan pembaca pada umumnya. Amin.



TES HASIL BELAJAR

Petunjuk :
1. Tulislah nama dan kelas ditempat yang telah tersedia !
2. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan melingkari huruf a, b, dan c sesuai dengan hati nurani saudara dengan pnuh kejujuran!
3. Jawaban anda tidak berpengaruh padd nilai raport.

Nama :

Kelas :

1. Apa yang anda ketahui tentang Riya ?
a. sifat suka menampilkan diri dalam beramal, agar amal tersebut dilihat orang dengan maksud ingin mendapat sipati atau pujian.
b. Sifat yang tidak percaya kepada Tuhan
c. Sifat yang percaya terhadap suatu benda
2. Apa yang anda ketahui tentang kufur ?
a. Sifat yang tidak percaya kepada Tuhan.
b. Sifat yang suka menampilkan diri dalam beramal, agar amal tersebut dilihat orang dengan maksud ingin mendapat simpati ataub pujian.
c. Sifat yang percaya terhadap suatu benda.
3. Apa yang anda ketahui tentang syirik ?
a. Sifat yang tidak percaya terhadap suatu benda.
b. Sifat yang ketika berbuat amalan kebajikan di depan orang lain supaya orang lain itu mengira bahwa ia orang yang ikhlas beramal, tetapi sebenarnya ia tidak ikhlas sama sekali.
c. Sifat suka menampilkan diri dalam beramal, agar amal tersebut dilihat orang dengan maksud ingin mendapat simpati atau pujian.
4. Apa yang anda ketahui tentang Nifaq
a. sifat yang ketika berbuat amalan kebajikan di depan orang lain supaya orang lain.
b. Sifat yang percaya terhadap suatu benda
c. Sifat yang tidak percaya kepada Tuhan
5. Menurut anda, apakah berani mempertahankan aqidah yang kalian miliki termasuk sifat terpuji ?
a. Ya, itu termasuk akhlak yang terpuji.
b. Biasa – biasa saja
c. Tidak, hal itu bukan termasuk sifat yang terpuji
6. Ketika anda melihat kesusuhan orang – orang lemah, apa yang anda lakukan ?
a. Membantunya.
b. Kadang – kadang membantu
c. Membiarkan saja
7. Sebagai orang yang beriman, apakah anda sudah membiasakan berakhlak mulia sebagaimana dicontohkan sehabat – sahabat Rasul ?
a. Ya, sudah membiasakan berakhlak yang baik seperti Rasul.
b. Kadang – kadang saya berusaha berakhlak yang baik
c. Tidak, saya belum bisa membiasakan beraklak yang baik seperti Rosul

8. Sebagai orang yang beriman, apakah anda percaya bahwa nabi memiliki sifat terpuji?
a. Ya, saya percaya
b. Kadang-kadang percaya
c. Tidak percaya

9. Ketika ada teman anda yang melakukan perbuatan buruk apa yang kamu lakukan?
a. Menegurnya
b. Kadang-kadang menegur
c. Membiarkan saja.
10. Apa yang kamu lakukan jika melihat orang kaya tapi kikir
a. Menasehatinya
b. Kadang-kadang menasehati(melihat situasi dan kondisi)
c. Membiarkan saja, karena merasa bukan urusannya.

1. Apabila ada kelompok remaja yang suka berjudi, apakah saudara senang berteman dengan mereka?
a. Tidak senang
b. Kadang-kadang
c. Senang
2. Jika anak yang pandai dan berakhlak mulia, apakah saudara senang menjadi temannya?
a. Senang sekali
b. Biasa saja
c. Tidak senang karena tidak PD
3. jika ada teman yang suka bolos sekolah, apakah saudara berteman dengan mereka?
a. Tidak saya tidak berteman dengan mereka
b. Kadang-kadang berteman
c. Sering berteman dengan mereka
4. Apabila dikampungmu atau dikelas ada kelompok belajar, apakah saudara akan mengikutinya?
a. Ya, ingin sekali
b. Kadang-kadang ingin
c. Tidak ingin
5. Apabila ada kelompok pemuda yang suka mabuk-mabukan, apakah saudara senang menemaninya?
a. Tidak suka bergabung dengan mereka
b. Kadang-kadang bergabung
c. Sering bergabung dengannya
6. Didalam kampungmu ada kelompok karang taruna, atau perkumpulan pemuda, apakah saudara selalu mengikutinya?
a. Ya, suka ikut
b. Kadang-kadang ingin ikut
c. Tidak pernah mengikutinya
7. Apakah saudara senang menjalin hubungan yang akrab dengan teman yang suka mencontek?
a. Tidak suka karena akan berpengaruh
b. Kadang-kadang
c. Senang karena dapat teman
8. Apabila ada teman yang berbuat mungkar apa yang saudara lakukan?
a. Di tegur dan dinasehati
b. Kadang-kadang menegur, tinggal melihat kondisi
c. Terserah dia saja.
9. Apakah dikelas anda mempunyai nama kelompok geng tertentu?
a. Tidak punya karena semua sama
b. Kadang-kadang punya
c. Punya, karena untuk menjaga diri
10. Apakah anda dikelas pernah menegur temanmu yang membuat kegaduhan
a. Sering menegur
b. Kadang-kadang menegur
c. Tidak pernah menegur.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, mulyono, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2003.

Al-Musawi, Khalil, Bagaimana membangun Kepribadian Anda, Lentera Jakarta. 1999.

Al-Asyqar, Umar Sulaiman, Ciri-ciri Kepribadian Muslim, Srigunting, Jakarta,1995.

Ali, Muhammad, Bimbingan belajar, Sinar baru Bandung. 1984

Amin, Ahmad, Etika (Ilmu Alhlak), Bulan Bintang, Jakarta, 1975.

Amiruddin, Teungku, Reorienasi Manajemen Pendidikan Islam, UII Press. Yogyakarta, 2000

Asari, Hasan, Nukilan Pemikiran Islam Klasik, Tiara wacana, Yogyakarta,1999

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994

Dardjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Bulan bintang, Jakarta, 1970

Djatnika, Rachmat, Akhlak Mulia, Pustaka, Jakarta, 1990

Durkheim, Emile, Pendidikan Moral, Airlangga, Jakarta, 1990

H. Hasan AF, Aqidah Akhlak Kurikulum 2004 Madrasah Tsanawiyah kelas 1, PT Karya Toha Putra, semarang, 1987

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research II, Fak Psikologi UGM, Yogyakarta.

Halim, M. Nipan Abdul, Anak Saleh Dambaan Keluarga, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2000

Hasyimi, Muhammad Ali, Apakah Anda Berkepribadian Muslim, Gema Insani Press. Jakarta, 1995

Mansyur, Mendidik anak Sejak dalam kandungan, Mitra Pustaka Utama, Yogyakarta, 2004

_______, Diskursus Pendidikan Islam, Global Pustaka utama, Yogyakarta, 2001

_______, Peradaban Isalam dalam Lintasan Sejarah, Global Pustaka Utama. Yogyakarta,2002.

Mastuhu, Menata ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam abad 21, Safira Insani Press Yogyakarta, 2003

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di sekolah , Remaja Rodaskarya, Bandung, 2002.

Mulkhan , Abdul Munir, Kesalehan Multikultural Dalam Pendidikan Islam di Era Global, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2004

Narbuko, Cholid, Metodologi Penelitian Sosial, Fakultas Tarbiyah IAIN “Walisonggo” Semarang, 1989

Prince, Kingsley, Educational and Philosopical Thought, Allyn and Bacon, Boston, 1962

Quasem, M. Abul, Etika Al-Ghazali, Etika majemuk di dalam Islam, Pustaka Bandung, 1998.

Razak, Nazaruddin, Dienul Islam, Al-Ma’arif, Bandung, 1973

Tafsir Al-Azhar Juz 1, PT Pembimbing Masa, Jakarta, 1970

Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996

Uhbiyanti, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Setia, bandung, 1997

Walgino, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Fak. Psikologi, UGM, Yogyakarta, 1980

WJS. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, tt.

Yunus, Mahmud, Terjemahan al-Qur’an al-Kharim, Al-Ma’arif, Bandung, 1993

Zaenuddin dkk.., Seluk Beluk Pendidikan dari al-Ghozali, Bumi Aksara, Jakarta, 1991

Tidak ada komentar: